Guru Bermutu, Indonesia Maju, Membentuk Generasi Emas 2045

    Guru Bermutu, Indonesia Maju, Membentuk Generasi Emas 2045

    Oleh: Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.

    Akademisi Universitas Dwijendra

    DENPASAR - Dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, peran guru sebagai pendidik generasi penerus bangsa tidak dapat diremehkan. Guru bermutu tidak hanya piawai menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi teladan, pembimbing, dan motivator bagi peserta didiknya.

    Melalui pendidikan yang berkualitas, Indonesia dapat mencetak generasi yang kompeten, berkarakter, dan mampu bersaing di kancah global. Namun, bagaimana memastikan hal ini bukan sekadar angan-angan?

    Kompetensi Guru yang Bermutu

    Guru bermutu harus memiliki kompetensi di empat aspek utama: pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

    • Kompetensi Pedagogik

    Guru harus mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif.

    • Kompetensi Profesional

    Guru dituntut menguasai materi ajar secara mendalam dan terus memperbarui pengetahuannya.

    • Kompetensi Sosial

    Guru harus mampu berinteraksi dengan siswa, kolega, orang tua, dan masyarakat secara baik dan harmonis.

    • Kompetensi Kepribadian

    Guru diharapkan memiliki integritas tinggi, disiplin, dan menjadi inspirasi bagi siswa.

    Beban Administratif dan Tantangan di Lapangan

    Untuk meningkatkan mutu guru, tuntutan terhadap penguasaan kompetensi saja tidak cukup. Beban administratif yang menyita waktu guru perlu dikurangi. Kebijakan seperti Program Merdeka Mengajar (PMM) dan kewajiban mengajar 24 jam per minggu sering kali membuat guru kesulitan fokus pada tugas utamanya: mengajar.

    Akibatnya, banyak guru terpaksa mencari tambahan jam mengajar di sekolah lain demi memenuhi persyaratan administrasi. Kondisi ini menyulitkan mereka untuk mempersiapkan pembelajaran yang optimal.

    Mendikdasmen sudah berupaya mengatasi ini dengan memberikan fleksibilitas, sehingga 24 jam mengajar tidak harus sepenuhnya diisi dengan pengajaran. Guru juga bisa memberikan bimbingan, mengikuti pelatihan, atau meningkatkan kapasitas profesional.

    Pelatihan yang Tepat Sasaran

    Pelatihan yang diikuti guru harus relevan dan berkualitas. Salah satu fokus pelatihan adalah penanganan siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). 

    Pendidikan inklusi yang selama ini digalakkan belum optimal karena guru di sekolah umum belum memiliki keterampilan yang memadai untuk menangani ABK.

    Evaluasi Program Guru Penggerak (PGP)

    Keberlanjutan Program Guru Penggerak (PGP) juga perlu dievaluasi. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas guru, tetapi pelaksanaannya masih memiliki kelemahan. 

    Misalnya, guru penggerak yang terlalu sering meninggalkan kelas demi kegiatan eksternal, sehingga siswa kehilangan perhatian langsung dari gurunya.

    Selain itu, munculnya kodifikasi antara guru penggerak (GP) dan non-GP sering kali menimbulkan kesenjangan di antara guru, bahkan sikap arogan di pihak tertentu. Hal ini dapat menghambat hubungan sosial dan kolaborasi di lingkungan sekolah.

    Penutup

    Guru Bermutu, Indonesia Maju bukan sekadar slogan. Pemerintah dan pemangku kebijakan harus memastikan bahwa guru dapat fokus pada tugas utamanya: mengajar dan mencerdaskan anak bangsa. Beban administratif yang berlebihan harus diminimalkan, sementara pelatihan yang diberikan harus relevan dan berkualitas. 

    Dengan guru yang bermutu, Indonesia dapat melangkah pasti menuju visi 2045. (Bud)

    guru kualitas sekolah pèndidikan
    Ray

    Ray

    Artikel Sebelumnya

    Manisnya Kolaborasi KONI NTB dan Bali Menuju...

    Berita terkait